JAKARTA, iNewsDeliRaya.id - HUT ke-77 TNI diperingati oleh bangsa Indonesia. Aset peting milik bangsa dan rakyat Indonesia ini menjadi kebanggan sekaligus menjaga kedaulatan NKRI.
TNI hadir hingga saat ini setelah melalui proses sejarah yang panjang dan penuh perjuangan para pendahulunya.
TNI lahir dari rakyat yang mencintainya sehingga seluruh prajurit pun harus memahaminya.
Nah banyak cerita tentang kehadiran TNI dan lika-likunya. Salahnya pada tahun 1980-an.
Pada masa itu terjadi perampingan di tubuh TNI AD. Mulai dari Kodam hingga pasukan elite Kopassus.
Berbagai argumentasi diberikan untuk mencegah pengurangan prajurit Kopassus, tetapi pengurangan pada akhirnya tetap harus dilaksanakan. Salah satunya adalah alih status Brigif 3 Linud Kopassus di Kariango menjadi Brigif Linud 3/Kostrad.
Letjen TNI (Purn) Sintong Panjaitan yang pernah menjabat sebagai komandan pertama Grup 3. Para Komando ini mencoba berargumen dengan Jenderal TNI (Purn), Benny Moerdani dengan pertimbangan bahwa biaya akan semakin boros jika dilakukan perampingan.
Disebabkan dengan jumlah prajurit yang sedikit berarti harus mengadakan latihan yang lebih banyak agar dapat menyamai kekuatan prajurit berjumlah besar.
"Jadi Bapak kalau nggak punya duit, jangan dikecilkan," demikian argumentasinya. Tentu argumentasi tersebut ditukas tajam oleh Jenderal TNI (Purn) Benny Moerdani yang waktu itu menjabat sebagai Panglima ABRI, dikutip dari Buku Kopassus untuk Indonesia.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait