“Ke kuburan bapakmu dulu,” tutur Jusuf. Untuk diketahui, mendiang ayah Sjafrie Sjamsoeddin merupakan perwira di Kodam Hasanuddin. Dengan kata lain, ayah Sjafrie pernah menjadi anggota Jusuf semasa menjabat Pangdam Hasanuddin. Di nisan itu, jenderal berdarah Bugis berdoa selama beberapa menit. Setelah rampung, Sjafrie kembali menanyakan ziarah selanjutnya.
“Ke tempat Yani,” ucap Jusuf, singkat. Yang dimaksud tentu saja Letjen TNI Ahmad Yani. Menteri/Panglima TNI Angkatan Darat (kini KSAD) itu gugur dalam tragedi penculikan G30/September yang didalangi PKI.
Dari nisan Yani, Jusuf mengarah ke peristirahatan terakhir mantan Menteri Dalam Negeri dan Gubernur Jawa Tengah Suparjo Roestam. Ketika Suparjo wafat, Jusuf turut menghadiri pemakaman sahabatnya itu.
Dari situ, dia melangkah ke makam Umar Wirahadikusumah. Pagi beranjak siang, matahari mulai menyengat. Namun, tulis Atmadji, Jusuf masih enggan beranjak. “Tolong ke tempatnya Panggabean,” tutur dia. Sjafrie terlihat ragu. Bukan apa-apa, makam mendiang Jenderal TNI Maraden Panggabean berada di sisi lain.
Sekadar diketahui, kompleks makam non-muslim berada di bagian kiri pintu gerbang. Menuju tempat itu lumayan jauh. Sjafrie khawatir Jusuf kelelahan mengingat kondisi fisiknya yang tak lagi sekuat dulu. Namun Jusuf bergeming. “Ya, kita ke sana,” ucapnya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta