Penggerebekan hari Kamis adalah operasi polisi fatal terbaru di favela Rio de Janeiro, yang telah memicu kekhawatiran dari kelompok hak asasi manusia (HAM) selama bertahun-tahun.
Pada Mei tahun lalu, lebih dari dua lusin orang tewas dalam serangan di favela Jacarezinho di kota itu, yang memicu kemarahan dan protes di antara penduduk dan mendorong seruan untuk pertanggungjawaban dari para pembela HAM dan pengamat internasional.
Namun Presiden Brasil Jair Bolsonaro telah membela taktik polisi dalam memerangi kejahatan terorganisir, dengan mengatakan sebelumnya bahwa gangster harus "mati seperti kecoak".
“Saya akan terus memerangi kejahatan dengan seluruh kekuatan saya. Kami tidak akan mundur dari misi menjamin perdamaian dan keamanan bagi rakyat negara bagian kami,” kata gubernur negara bagian Rio de Janeiro, Claudio Castro, di Twitter.
Namun kantor pembela umum negara bagian setempat mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa ada tanda-tanda pelanggaran HAM yang besar. "Kemungkinan ini menjadi salah satu operasi dengan jumlah kematian tertinggi di Rio de Janeiro," bunyi pernyataan tersebut.
Alemao adalah kompleks 13 favela di utara Rio yang merupakan rumah bagi sekitar 70.000 orang. Hampir tiga perempat penduduk berkulit hitam atau biracial, menurut sebuah studi Juli 2020 yang diterbitkan oleh Institut Analisis Sosial dan Ekonomi Brasil.
Editor : Vitrianda Hilba Siregar