KIEV, iNewsDeliRaya.id - Sebanyak 300 gedung sekolah di Ukraina hancur lebur digempur Rusia sejak tujuh bulan lalu.
Hal ini dapat terlihat salah satu sekolah di wilayah Mykolaiv selatan, Ukraina.
Bagian depan bangunan, yang menghadap garis musuh, telah dihancurkan dari penembakan berulang kali.
Sementara meja-meja kecil dengan lapisan puing-puing dan debu terlihat di atasnya.
Di bagian belakang, atap dan dinding yang runtuh mengekspos gimnasium sekolah. Bangkai mobil hangus berjongkok di samping taman bermain yang rusak dan terbengkalai.
“Tentara Rusia telah melewati desa itu dua kali sejak perang dimulai dan kedua kali meninggalkan sekolah itu,” kata Sergiy, seorang kepala desa di wilayah, seperti di AFP.
“Tapi, begitu pasukan Ukraina mengambil posisi di sana, Rusia menyadari kesalahan mereka dan mengebom segalanya," kata pria berusia 51 tahun itu melalui telepon dari kota Mykolaiv tempat dia sekarang tinggal.
Di desa itu, sebagian besar atap kini telah tertiup angin. Hanya 25 penduduk yang masih tinggal di sana dari sekitar 1.700 penduduk, katanya.
Pada siang hari, jalan-jalan sepi - keheningan hanya dipecahkan oleh deru artileri di dekatnya. Ukraina meluncurkan serangan balasan tiga minggu lalu, tetapi hasilnya masih sulit untuk dinilai di wilayah tersebut.
Pada hari Kamis, desa itu menerima serangan rudal yang mencungkil kawah sedalam 5 meter di sebidang tanah kosong - sebuah "hadiah Rusia", menurut Letnan Andriy Grushelsky.
"Bom itu pasti memiliki berat setidaknya satu ton. Syukurlah, bom itu jatuh 20 meter dari kamp kami, jika tidak saya tidak akan berbicara dengan Anda hari ini," katanya kepada AFP. “Tapi sekolah desa yang "cukup indah" itu kurang beruntung,” lanjutnya.
Menurut UNESCO, mengutip angka Kementerian Pendidikan Ukraina, hampir 300 sekolah telah hancur sejak invasi dimulai, dan lebih dari 2.550 rusak. Sergiy sangat mengingat gedung tempat 190 anak belajar dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas.
Istrinya menjalankan lab komputernya, sementara anak sulungnya telah lulus, dan anak bungsunya seorang murid - sampai Rusia menginvasi tujuh bulan lalu.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait