Tiga Sapi Kurban Presiden Prabowo Dibeli dari Peternakan Bang YT Farm Binjai

BINJAI, iNewsDeliRaya.id – Kebanggaan kembali menyelimuti peternak asal Kota Binjai, Sumatera Utara. Suyanto (42), pemilik Bang YT Farm, tak menyangka tiga ekor sapi dari kandangnya terpilih menjadi hewan kurban Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, untuk perayaan Idul Adha 2025, Jumat (30/5).
“Alhamdulillah, tahun 2025 ini untuk ketiga kalinya sapi dari kandang kami dipilih sebagai sapi kurban Presiden. Tahun ini malah tiga ekor yang dibeli langsung,” ujar Suyanto, atau akrab disapa Bang Yanto.
Ketiga sapi kurban tersebut akan dikirim ke tiga daerah berbeda di Sumut, yaitu Kota Binjai, Kabupaten Pakpak Bharat, dan Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas).
Berbeda dari tahun sebelumnya yang hanya satu ekor sapi per provinsi, kini pemerintah menetapkan satu ekor sapi kurban presiden untuk setiap kabupaten/kota. Di Sumatera Utara yang memiliki 34 kabupaten/kota, artinya ada 34 ekor sapi kurban dari presiden tahun ini.
Bang Yanto menyebut, keberuntungan berpihak padanya karena tidak semua daerah memiliki stok sapi berbobot besar yang memenuhi kriteria.
“Beberapa daerah seperti Humbahas dan Pakpak Bharat tidak ada sapi dengan bobot minimal 800 kg. Kebetulan mereka melihat postingan kami, akhirnya sapi dari kandang kami yang dipilih,” jelas Yanto.
Ketiga sapi yang dibeli Presiden memiliki jenis berbeda. Pertama jenis Pegon (persilangan Brahmana-Simental), kedua Limousin, dan ketiga jenis Simental murni. Semuanya berbobot di atas 800 kg sebagaimana ketentuan dari Presiden.
Harga jualnya pun bervariasi, sapi untuk Kabupaten Humbahas dibanderol Rp90 juta, Kota Binjai Rp85 juta, dan Pakpak Bharat Rp83 juta.
“Ada pemeriksaan ketat dari tim dokter hewan, mulai dari sampel darah, air liur, hingga kotoran sapi, sebelum disetujui sebagai hewan kurban presiden,” tambahnya.
Yanto mengungkapkan, kunci menghasilkan sapi unggulan terletak pada tiga hal utama: pemilihan bibit, pola perawatan, dan pakan.
“Kita harus tahu jenis sapi yang berpotensi tumbuh besar hingga bobot satu ton. Selain itu, pengalaman sangat penting. Kami belajar dari tahun ke tahun. Tak boleh asal pilih,” terangnya.
Ia pun mengajak peternak lain agar terus berbagi pengalaman dan pengetahuan demi meningkatkan kualitas peternakan sapi Indonesia.
“Kalau bisa, tahun depan peternak lain juga sapinya terpilih. Kita jangan pelit ilmu. Mari berbagi dan saling support,” tutup Yanto.
Editor : Sadam Husin