get app
inews
Aa Read Next : Mualaf Cantik Berdarah Tionghoa Ini Usai Ucapkan 2 Kalimat Syahadat Diamanahi Bangun 1.000 Masjid

Anak Perwira Militer Ini Jadi Mualaf, Ingin Hidup dan Mati sebagai Muslim

Rabu, 21 September 2022 | 14:25 WIB
header img
Anak perwira militer bernama Anastasia Pasichnaya mantap meninggalkan keyakinan sebelumnya dan menjadi mualaf. Foto: Ilustrasi

JAKARTA, iNewsDeliRaya.id - Anak perwira militer bernama Anastasia Pasichnaya mantap meninggalkan keyakinan sebelumnya dan menjadi mualaf, memeluk Islam yang diyakini kebenarannya.

Wanita ini memeluk agama Islam saat usia 25 tahun. Setelah menjadi Muslimah namanya berubah Asya Akbaba. 

Kehidupan Asya dalam hal spiritual awalnya sangat berlika-liku. 

Namun akhirnya hidayah Islam menyapa wanita cantik ini dan mantap menjalankan kehidupan sebagai seorang Muslimah.

Kisah mualaf cantik Asya Akbaba anak perwira militer Ukraina. (Foto: YouTube Penduduk Langit)

Asya Akbaba adalah mualaf cantik asal Ukraina. Perubahan nama dari Anastasia ke Asya sangat menarik sekaligus penuh gejolak. 

Orangtuanya terlahir sebagai seorang non-Muslim, tapi dia tidak mendapat pendidikan agama karena ayahnya adalah seorang perwira militer.

Di bawah rezim Soviet, prajurit dan keluarganya dilarang keras mengikuti agama apa pun. Setelah Uni Soviet bubar pada 1991, Asya dan keluarganya menetap di Ukraina. Suatu hari seorang temannya memberi buku kecil tentang Tuhan. Ini adalah perkenalan pertamanya dengan Tuhan. Asya pun terpesona.

Mengingat pertemuan pertamanya pada hal-hal keimanan, Asya yang kini berusia 32 tahun mengaku masih ingat dengan apa yang dilihatnya di buku.

"Isinya gambar-gambar indah seperti apa surga itu. Penuh dengan bunga-bunga eksotis dan orang-orang cantik yang tersenyum mengenakan jubah putih salju. Itu meninggalkan kesan yang dalam di benak saya," ujar Asya Akbaba, dikutip dari kanal YouTube Penduduk Langit, Rabu (21/9/2022).

Ketika di sekolah, Asya melihat banyak anak memakai liontin suci di leher dan bertanya kepada ibunya tentang hal itu. Kemudian sang ibu melakukan upacara agama kepadanya, dan Asya mulai mendalami agama tersebut.

"Saya memulai perjalanan saya sebagai seorang non-Muslim dengan semangat dan antusiasme yang besar. Tetapi ketika pergi, saya tidak dapat menemukan jawaban atas banyak pertanyaan yang menghantui pikiran saya. Saya tidak dapat memahami perlunya menyembah berhala orang suci dan pendeta untuk terhubung dengan Tuhan," jelasnya.

Dia berpikir mengapa perlu melakukan ritual ini dan itu untuk berbicara dengan Tuhan. "Tidak bisakah saya terhubung langsung dengan-Nya dengan damai? Ketika saya beralih ke dunia modern, saya makin tersesat, karena saya melihat tidak ada sistem nilai, tidak ada ketulusan dan kepercayaan," tuturnya.

Tidak tahu harus pergi ke mana, Asya memutuskan mencari bantuan dari seorang pemuka agama. Dia menasihatinya untuk menjadi seorang pemuka agama juga dan meninggalkan dunia.

"Ketika itu pemuka agama meminta saya untuk mengadopsi monastisisme dan meninggalkan pengejaran duniawi dan mengabdikan diri sepenuhnya pada pekerjaan spiritual. Namun sesuatu di dalam diri saya memberontak. Saya merasa bahwa itu bukanlah cara yang Tuhan inginkan," katanya.

Asya ingin menjadi seorang istri dan ibu. Baginya itu adalah hubungan emosi dan perasaan yang diberikan kepada manusia oleh Tuhan.

"Saya berpikir mengapa Tuhan inginkan kita meninggalkan dunia dan meninggalkan hubungan ketika Dialah yang telah memberi kita dunia ini dengan semua hubungan ini di sekitar kita," katanya.

Pada usia 23 tahun, Asya kemudian beralih ke ajaran agama lain. Namun, dia tidak bisa menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang dirindukan. Ini membuat ia tidak betah dan kembali lagi ke agamanya dulu.

Kemudian saat berusia 25 tahun, Sya memutuskan mendalami Islam. "Saya tidak pernah berpikir untuk mendekati Islam karena ketakutan yang tertanam di hati saya dengan apa yang saya lihat, dengar dan baca di media. Namun menemukan diri saya dalam kekosongan spiritual, saya memutuskan untuk mendalami Islam, dan saat itulah saya menemukan kisah Nabi dan ibunya Maryam dalam Islam," ungkapnya.

Asya bertanya-tanya pada dirinya sendiri, mengapa cerita ini memiliki karakter yang mirip dengan yang dia baca dalam kitab agamanya dulu. Hal itu juga yang membuatnya terpikat dan akhirnya mulai membaca tentang Islam.

"Saya tidak percaya bagaimana satu per satu semua pertanyaan saya terjawab, karena saya terus membaca lebih banyak tentang Islam," ungkap Asya.

Setelah empat bulan mencari tahu, dia menjadi yakin bahwa Islam adalah panggilannya dan mencoba terhubung dengan seorang Muslim untuk diajak bicara.

"Teman saya bercerita tentang seorang gadis lain yang telah masuk Islam dan menyarankan saya untuk berhubungan dengannya. Saya coba mengirim pesan kepadanya di media sosial, tetapi tidak menerima tanggapan apa pun selama seminggu," ucapnya.

Suatu malam Asya menangis kepada Tuhan dan berkata bahwa dia lelah, sedih, dan kecewa. "Katakan kepadaku jika Islam adalah jalan bagiku atau berikan aku kedamaian. Aku tidak bisa lari lagi," ucapnya dalam doa.

Keesokan paginya Asya mendapat pesan di kotak masuk media sosialnya. "Saya merasa itu dari Allah. Gadis Muslim yang ingin saya ajak bicara (namanya Khadijah) telah menjawab. Dia mengundang saya untuk menemuinya di sebuah taman," katanya.

Asya mengatakan ketika dia melihat Khadijah tampak seperti bidadari dengan hijab dan baju abaya. Khadijah menjawab semua pertanyaan Asya karena telah melalui situasi yang sama. Dia kemudian bertanya kepada Asya apakah ingin bersyahadat.

"Saat saya sedang berpikir, Khadijah mengatakan sesuatu yang mengguncang saya. Dia berkata hidup tidak dapat diprediksi, jadi lebih baik kamu memutuskan sekarang, apakah kamu ingin mati sebagai seorang Muslim atau tidak," tuturnya.

Saat itu dalam hati Asya berkata bahwa dirinya masuk ke lingkungan Islam dan mati sebagai Muslim. "Kami kemudian pergi ke sebuah masjid di Kiev, Ukraina, di mana saya bersyahadat. Saya akhirnya merasa puas, bahagia, dan damai sepenuhnya. Saya telah menemukan apa yang saya cari," katanya.

Asya telah belajar bagaimana membaca Alquran, memahami bahasa Arab, dan menyempurnakan doanya. Meski orangtua dan saudara kandungnya masih non-Muslim, Asya mengatakan mereka masih mencintai dan menghormati pilihannya.

"Ibu saya yang tadinya menentang hijab, sekarang belanja hijab warna-warni untuk saya karena dia tahu saya suka," kata Asya.

Setelah memeluk Islam, Asya menarik investasi sebesar USD40 ribu. Dia mendirikan platform pendidikan dan jejaring untuk perwakilan Islam.

"Saya pikir masyarakat sekuler akan lebih toleran ketika lebih sadar akan Islam yang sebenarnya dan kehidupan Muslim. Itu sebabnya saya buat Amanatinfo," imbuhnya.

Itulah kisah lika-liku perjalanan mualaf Asya, wanita cantik asal Ukraina, dalam memeluk Islam. Semoga menjadi inspirasi untuk semua orang. Wallahu a'lam bisshawab.

LIHAT JUGA: Islam Jawab Semua Pertanyaannya, Gadis Cantik Anak Perwira Militer Ini Mantap Jadi Mualaf

Editor : Vitrianda Hilba Siregar

Follow Berita iNews Deliraya di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut